VIRUS REVOLUSI

Virus RevOLUSI

Revolusi yang menyebar luas punya jejak panjang dalam sejarah, dari Revolusi Amerika hingga Hari-Hari (Penuh) Kemarahan.Sekurang-kurangnya beratus orang menjadi korban.

KEBELAKANGAN ini negara-negara Arab dan Afrika seolah-olah terjangkiti virus ganas . Virus itu bernama revolusi. Demonstrasi rakyat (massa) yang melanda Tunisia dan Mesir –menjadi sebutan. Hari-hari Penuh Kemarahan – menjalar dari Algeria ke Jordan dan Yemen. Terakhir, riak-riak kemarahan rakyat juga muncul di Syiria terus menjalar ke Baharin dan Libya, panas dan penuh kemarahan.Menghadapi "hari Kemarahan" di seluruh negara.

Meski pemberontakan yang muncul kebelakangan ini amat menbimbangkan dan menakutkan,sebenarnya gelombang revolusi serupa telah muncul lebih dari 200 tahun silam.

Dari kesan keruntuhan Tembok Berlin pada 1989 hingga serangkaian revolusi yang melanda Eropah pada 1848, kerusuhan biasanya melahirkan kerusuhan lainnya. Komunikasi massa membuat revolusi menyebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Revolusi memang dapat menular,” ujar John McManus, ahli sejarah ketenteraan di Missouri University of Science and Technology di Rola, Amerika Syarikat, dalam sebuah wawancara dengan Discovery News. “Pelajaran yang dapat ditarik dari sejarah adalah kita tidak dapat menduga bagaimana sebuah revolusi berkembang, dan inilah yang membuatnya menakutkan. Kita juga tidak dapat meramalkan ke mana arah kekuatan (rakyat) itu akan bergerak apabila dilancarkan.”

Revolusi Amerika melawan Inggris pada 1776 adalah contoh paling awal. Kejayaan revolusi ini, menurut banyak sejarawan,memberi semacam inspirasi kepada Perancis untuk memperjuangkan dan mendapat kemerdekaannya pada 1789.

Revolusi dengan impak yang lebih luas merebak di Perancis pada 1848, ketika kelompok kelas menengah ke bawah memberontak terhadap pemerintahan Raja Louis Phillipe yang rasuah dan elit. Sementara Louis Phillippe melarikan diri, pemberontakan menrebak ke Jerman. Di sana rakyat memberontak karena keadaan yang hampir sama, sementara idea pemberontakan telah lama terbentuk. Revolusi lalu menrebak ke Austria, Poland, Rusia, Itali, dan negara-negara lainnya.

“Sudah pasti revolusi di satu tempat mendorong revolusi di tempat lain,” ujar McManus. “Orang-orang melihat ini terjadi di Perancis. Yang lain kemudian berpikir, ya, (revolusi) dapat dilakukan, dan mungkin sekaranglah saat yang tepat. Di tahun itu, revolusi menyebar dengan amat cepat.”

Contoh lain adalah ketika Carolina Selatan memisahkan diri pada 1860 dari pemerintahan Amerika yang mereka anggap tirani. Alabama, Mississippi, dan negara-negara Selatan lainnya menyusul –sebuah efek domino yang berujung Perang Saudara di Amerika. Sementara kejatuhan tembok Berlin pada 1989 adalah bagian dari pemberontakan melawan komunisme di Polandia, Romania, Hungaria, Cekoslowakia, dan Bulgaria.

Menurut Ziad Fahmy, sejarawan Mesir Modern di Cornell University di Ithaca, New York, sebagaimana dipetik oleh Discovery News, situasi di Timur Tengah saat ini melibatkan kesedaran politik dan kebudayaan yang unik, namun memiliki banyak kesamaan dengan apa yang terjadi di masa lalu.

Seperti revolusi lainnya, dia mengatakan bahwa revolusi yang terjadi tahun ini bermula dari ketidakpuasan selama bertahun-tahun terhadap rejim pemerintah yang ofesif, bersamaan dengan tumbuhnya wilayah baru dan perubahan budaya. Ketidakbahagiaan masyarakat ini hanya menunggu sebuah kejadian yang menjadi penyebab, yang kemudian akan menyebabkan efek domino.

Dalam kes ini, peyebabnya adalah aksi seorang demonstran di Tunisia yang membakar dirinya pertengahan Desember lalu. Gelombang protes yang terus membesar membuat presiden Tunisia melarikan diri, sementara di negara tetangganya pemberontakan serupa juga terjadi.

Menurut Fahmy, komunikasi adalah kunci agar sebuah revolusi boleh menular. Pada 1848, komunikasi dilakukan melalui telegraf yang baru saja ditemukan dan suratkabar yang memberitakan peristiwa di luar negeri kepada masyarakat luas.

Saat ini komunikasi yang cepat dilakukan lewat Facebook, YouTube, dan Twitter. Dan saat komunikasi elektronik gagal, para demonstran di Mesir memanfaatkan cara-cara komunikasi lawas; mereka mencetak pesan-pesan soal apa yang harus dilakukan. Misalnyaseruan disebarkan meallui Twitter dan Facebook yang menyeru rakyat menyertai perhimpunan "Satu Juta Orang" yang juga dikenali sebagai "Kemarahan hari Jumaat"

Pemberontakan yang menyebar pada dasarnya berawal dari semangat yang diperolehi dari orang-orang yang melihat orang lain dalam situasi yang sama menuntut balas atas apa yang terjadi pada mereka –dan berhasil.

“Orang melihat ini sebagai sebuah pola yang dapat mereka ikuti. Mereka melihat bahwa itu dapat terjadi,” ujar Fahmy. “Ini kemudian menghilangkan rasa takut mereka.”

Sejarah dapat membantu para ahli memprediksi di mana revolusi akan bermula, seberapa jauh penyebarannya, dan bagaimana sebuah revolusi akan berakhir. Hasil sebuah revolusi kerap mengejutkan dan tak selalu positif. Namun melihat ke masa lalu, ujar Fahmy, tak mungkin untuk mencegah pemberontakan baru merebak di masa depan dan menyebar layaknya virus selselma Burung.

“Tak ada yang pernah belajar dari sejarah,” ujarnya. “Akan selalu ada ketidakpuasan dan akan selalu ada media komunikasi baru. Ini adalah sifat dasar manusia. Ketika orang-orang tertekan, mereka akan memberontak. [VIFI/Discovery News]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

P2 bab 3

BEPANG DAN SEJARAH KULINARI

PULAU DUYUNG ADALAH LIDAH NEGERI TERENGGANU