Menulis Sejarah Mengikut Fahaman Sendiri

Menulis Sejarah Bukan Perkara Mudah*

Menulis sejarah bukan perkara mudah. Impian agar sejarawan bisa menghadirkan masa lalu wie es eigentlich gewesen ist (sebagaimana sesungguhnya terjadi) dewasa ini semakin jelas tidak mungkin terwujud. Seandainya ada mesin masa yang boleh membawa kita ke masa lampau, sejarah tetap akan dilihat dari perspektif tertentu, dan tidak dapat dihadirkan kembali sepenuhnya. Sejarah, seperti kita tahu adalah representasi dari masa lalu dan bukan masa lalu itu sendiri. Sejarah selalu diceritakan, disusun kembali, berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai masa lalu, dan karena itu akan selalu berkurang, tidak lengkap dan memerlukan perbaikan. Karena itu sejarawan umumnya mengatakan bahwa sejarah itu terbuka bagi interpretasi yang berbeza, dan selalu saje ditulis berulang kali.
Ini tidak berarti kita bebas mentafsir dan menulis sejarah. Ada prinsip dasar yang membatasi kebebasan tafsiran: berpandukan pada fakta atau kenyataan yang diketahui berdasarkan sumber informasi yang tersedia dan dapat diuji. Kita tidak dapat menyandarkan penulisan sejarah pada desas-desus dan dugaan.
NEGARA kita telah bebas daripada cengkaman penjajah Inggeris sejak 31 Ogos 1957. sudah berusia 53 tahun. Dan sejak beberapa tahun kebelakangan ini, pejuang-pejuang UMNO yang ah berjuang menentang Malayan Union pada tahun 1946 dahulu telah diberi penghormatan oleh pihak kerajaan pada setiap kali hari kemerdekaan Malaysia. Bagi saya penghormatan semacam itu belum setimpal dengan pengorbanan yang telah ditunjukkan.

Secara peribadi saya berpendapat, penghormatan yang diberikan itu bagaikan sebuah teka-teki yang sukar hendak ditafsirkan. Apakah hanya penentang-penentang Malayan Union itu sahaja yang boleh dianggap pejuang kemerdekaan? Kekacauan dalam debat mengenai tokoh pejuangan kemerdekaan bersumber dari pencampuradukan fakta, fiksi dan fantasi antara apa yang sesungguhnya terjadi dengan apa yang diceritakan atau dibayangkan/diharapkan orang telah terjadi. Di pusat kekacauan ini adalah pemerintah yang menjadikan tafsiran yang penuh dengan fiksi dan fantasi sebagai sejarah rasmi yang tidak boleh dibantah. Pemenrintah bersikap keras mempertahankan tafsirnya mengenai peristiwa kerana semua tindakannya untuk menghabisi golongan KIRI – mulai dari menangkap dan menghukum sebagian pemimpin dan membunuh ratusan ribu orang – bersandar pada sejarah rasmi itu. Penulisan sejarah di sini terkait dengan legitimasi politik dan tanggung jawab hukum.

Adakah pejuang-pejuang yang sanggup bermati-matian dan berjuang menentang Inggeris pada zaman penjajah dahulu tidak wajar dianggap pejuang? Apakah pejuang-pejuang Kesatuan Melayu Muda (KMM) yang telah wujud sejak sebelum Perang Dunia Kedua dahulu tidak perlu dicatatkan dalam lembaran sejarah tanahair sebagai tatapan generasi sekarang dan akan datang?
Apakah pejuang Parti Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM), Angkatan Pemuda Insaf (API) dan Angkatan Wanita Sedar (AWAS) yang terang-terang anti komunis itu tidak bererti sama sekali dalam perjuangan mewujudkan sebuah negara yang merdeka?


'Orang-orang yang Dilupakan itu', sama ada yang sudah meninggal dunia mahupun yang masih hidup adalah puluhan ribu jumlahnya. Mereka adalah anak watan yang telah meninggalkan budi di setiap pelosok bumi tercinta ini.

Sejarah rasmi ini, seperti nasib sejarah rasmi di mana pun, mendapat kritik dari banyak pihak yang kemudian menyusun versi alternatif. Walau memikat, ada masalah besar dengan versi alternatif ini. Para penulis versi alternatif ini biasanya lebih tertarik pada persoalan politik sejarah dan ingin mengimbangi atau menentang sejarah rasmi, dan dengan berbuat begitu, mereka secara sadar maupun tidak menerima medan pertempuran yang dibuka oleh sejarah rasmi: Tegasnya, ia tidak bermaksud untuk meminta balasan daripada pemerintah sekarang, tapi lebih berhasrat untuk membetulkan beberapa fakta dan perjalanan sejarah yang mana disedari atau tidak, sedang dan akan dilupakan begitu sahaja oleh generasi sekarang dan akan datang.

Keinginan untuk menunjuk siapa yang bersalah sering membuat orang lupa menjelaskan apa kesalahan yang dilakukan.
Pemimpin besar seperti almarhum Ibrahim bin Haji Yaakub, almarhum Dr. Burhanuddin al-Helmy, Bung lshak bin Haji Muhammad atau almarhum Datuk Ahmad Boestamam, merupakan anak pribumi yang ikut serta memberikan saham dalam perjuangan mendapatkan kemerdekaan negara ini,malangnya pihak pemerintah tidak mengakui sumbangan dan jasa yang telah ditaburkan itu.

Dengan kesimpulan ini saya bukan hendak menggambarkan golongan kiri ataupun yang terlibat sebagai kaum pergerakan dan organisasi kiri biasanya sangat ramai dan juga menakutkan bagi mereka yang menjadi sasarannya. Aksi-aksi sepihak untuk menegakan UU Darurat yang dilancarkan juga memang disertai pertemuan, mirip dengan apa yang kita saksikan setiap hari di television sekarang ini.
Dengan kata lain, konflik antara golongan dan kekuatan politik menyebabkan tafsiran dan penulisan sejarah biasanya mengikut acuan dan selera pihak berkepentingan. Di satu pihak ada yang mendukung (atau lebih tepatnya, menghimpun) kekuatan , seperti pemuda, mahasiswa, dan bahkan pelajar, dengan tujuan yang jelas untuk menumpas fahaman golongan tertentu, dan di pihak lain ,organisasi kiri, yang mojori tidak tahu apa yang terjadi, dan lebih penting, apa yang harus dilakukan. Dan biarlah penulisan sejarah yang benar-benar mengikut fakta dan pentafsiran tanpa memihak menjadi kenyataan tanpa ada agenda tersembunyi..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

P2 bab 3

BEPANG DAN SEJARAH KULINARI

PULAU DUYUNG ADALAH LIDAH NEGERI TERENGGANU